A.
Definisi
Telenursing
Telenursing
didefinisikan sebagai
praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi telekomunikasi (National
Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi informasi dibidang
keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan,
komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan
mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan.
Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan
pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam
pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan. (Terhuyung &
Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).
Untuk dapat diaplikasikan maka ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1.Faktor
legalitas
Dapat
didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan
yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor
financial
Pelaksanaan
telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam
penyediaan aspek financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor
Skill
Ada
dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang
telenursing. Perawat dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi
telenursing. Terlaksananya telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan
dan skill antara pasien dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor
Motivasi
Motivasi
perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa
ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan
dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia
masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya
manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan
telenursing dari pemerintah. Untuk
mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing
bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah
banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini
dapat diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Hal
tersebut dikatakan telenursing jika perawat melakukan tindakan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien melalui pengkajian triase dan
pemberian informasi menggunakan
teknologi informasi dan telekomunikasi serta
sistem berbasis website. Ners yang melakukan praktek telenursing harus seorang Registered Nurses (RN). Perawat yang
melakukan praktek telenursing harus
bertanggung jawab untuk meyakinkan kemampuan ketrampilan keperawatan mereka dan
pengetahuan yang up to date untuk
praktek telenursing mereka.
Tujuan
dari telenursing adalah tidak untuk
membentuk diagnosis medis, melainkan difokuskan pada dimensi dari urgensi.
Sehingga para perawat akan lebih
terfokus pada informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk mencapai
hasil yang positif dari konsultasi melalui telephone maka sangat dibutuhkan
cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan berdampak pada perasaan
sehingga setiap perkataan akan mudah untuk didengar dan dipahami. Dengan
demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk mengikuti saran perawat.
Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien
adalah teknik pendekatan yang disukai dalam rangka membina hubungan
antara klien dan tenaga professional. Komunikasi yang berpusat pada klien telah
ditangani secara ekstensif selama dekade terakhir.
Melalui
telenursing, perawat mampu melakukan
monitoring, pendidikan, follow up, pengkajian dan pengumpulan data, melakukan
intervensi, memberikan dukungan pada keluarga dan perawatan multidisiplin yang
inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktek telenursing, perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan,
intervensi, dan evaluasi terhadap hasil perawatan, dan perawat juga menggunakan
teknologi seperti internet, computer, telephone, alat pengkajian digital, dan
perlengkapan telemonitoring system audio-vidio, satelit dan system komunikasi
yang lain. Penggunaan computer dan teknologi informasi untuk mensupport perawat
dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam rangka efisiensi dan
efektifitas telenursing, antara
perawat dan pasien terhubungkan secara langsung menggunakan system transmisi
elektronik.
Telenursing
melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang
pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak
flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference,
pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan
penatalaksanaan sesak napas.
B.
Manfaat
Telenursing
Menurut Britton
et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1. Efektif
dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah
sakit dan nursing home)
2. Dengan
sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing
dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4. Pasien
dewasa dengan kondisi penyakit kronis
memerlukan pengkajian yang sering sehingga membutuhkan biaya yang
banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa
memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
5. Berhasil
dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk
perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
Selain
manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan
keperawatan ( model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan
dikampus dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning
Pada
akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga,
terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan
akurat, cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak
antara perawat dan pasien yang tidak terbatas.
a. Selain
itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang berpengalaman
klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun
masih dapat memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga
menghindari kontak langsung, meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan
privasi ruang dan waktu bagi pasien dan perawat. Dapat dibayangkan bagi
penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna narkotika/obat terlarang /alkoholik
akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan telenursing ini .
b. Perawat
memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan
isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi
dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :
·
Jaminan kerahasiaan dan
jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
·
Pasien yang mendapatkan
intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko (seperti
keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
·
Diseminasi data pasien
seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat
informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
·
Individu yang
menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
c. Dengan
melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi
kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini
mendasari telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi
tehnik komunikasi) dan beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan
keperawatan dan perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di
Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan tehnologi kesehatan, dan
kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat.
C.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Implementasi Telenursing
Ada
empat faktor penting yang mempengaruhi
implementasi telenursing. Empat
faktor tersebut yaitu aspek sistematika, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspak
teknikal.
1. Aspek
sistematika
Aspek sistematika
terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Dalam
mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan pengaturan dan supervisi pelayanan
pemerintah. Untuk penerapan telenursing
disepakati bahwa praktek keperawatan mandiri seharusnya ada otoritas dan
peraturan legal serta adanya standart operasional prosedur yang dibuat oleh
organisasi profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan.
2. Aspek
Ekonomi
Aspek ekonomi terkait
verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat penggunaan telenursing dan Government recognition for cost effectiveness merupakan prioritas
utama. Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk
mengaktifkan telenursing di daerah
rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing yang mahal dan uang
perawatan (maintenance fee) harus
dipikirkan.
3. Aspek
Sosial
Aspek sosial terkait
verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing dibandingkan dengan perawatan langsung. Penerimaan dari
pemberi pelayanan kesehatan seperti
fasilitas medis, dokter dan perawat, merupakan hal penting dalan implementasi telenursing. Kerja sama dan koordinasi
antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman yang lebih baik tentang
telenursing pada publik. Adanya pengakuan public terhadap keperawatan itu
sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing.
4. Aspek
teknikal
Aspek teknikal terkait
kreatifitas dan originalitas konten telenursing
dan pengembangan sistem pelayanan. Pelatihan dan pendidikan perawat serta
teknologi informasi mendukung pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi
informasi untuk menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi,
pelatihan keperawatan dan penelitian untuk pengembangan system telenursing dan pelaksanaannya,
teknologi informasi medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model
fungsional yang mungkin diterapkan dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek
tersebut harus terintegrasi dalam strategi pelaksanaan telenursing.
D.
Aplikasi Telenursing
Aplikasi
telenursing dapat diterapkan di
rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon
triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di
dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi
seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui
internet. Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke
alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju,
memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus
sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan
kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien
dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam
management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi
yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat
ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan
kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
E. Kelebihan
dan kekurangan Telenursing
·
Kelebihan Telenursing
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang
pelayanan keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan
jarak jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :
1.
Mengurangi
waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2.
Mempersingkat
hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3.
Membantu
memenuhi kebutuhan kesehatan,
4.
Memudahkan
akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5.
Berguna
dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah
dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan
6.
Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang
terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti :
konferensi video dan internet (American Nurse Assosiation, 1999).
7. Peningkatan
jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata,
8. Dapat
dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan
meningkatkan kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
9. Meningkatkan
rasa aman (safety) perawat dan klien,
karena dengan diterapkannya telenursing semakin
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana
bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang
perawat dengan pelatihan khusus dapat
menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan
yang tidak mungkin didapatkan dengan
kontak langsung.
·
Kekurangan
dan hambatan dalam telenursing
Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalam telenursing, meliputi: perilaku,
legislatif, dan teknologi. Hambatan perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan
mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing akibat kurangnya penguasaan
terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya
pelatihan dan adanya support system,
perawat bisa merasakan manfaat telenursing
untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing
muncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian
lisensi tentang telenursing. Secara
teknologi, Elektronik Health Record (EHR)
dan standar data mendukung perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak bisa bekerja. Ketersediaan system penyimpanan
data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya.
Sumber
lain menyebutkan, antara lain :
o Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan
mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan
bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan
emosional dan sentuhan terapeutik.
o Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah
kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau
terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya
sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga
meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.
F.
Riset
mengenai Telenursing
1. Jonsson
& Willman dalam penelitiannya menemukan bahwa implementasi telenursing dalam perawatan di ruumah
pada klien dengan luka di tangan merupakan inovasi pengembangan inisiatif yang
berfokus pada kolaborasi antara perawat dan klien. Klien merasa puas dengan
penggunaan videophone untuk melihat
staf perawat memberikan perawatan kepada mereka, dan dengan melihat muka
perawat membuat rasa aman pada pasien. Perawat merasa lebih nyaman dengan
penggunaan audio-vidio contact untuk melihat kondisi pasien dan melakukan
pengkajian kondisi luka, serta merekam luka. Selain itu perawat merasakan bahwa
waktu bekerja meraka lebih bermanfaat. Penelitian ini menandaskan bahwa telenersing dengan menggunakan teknologi
audio-vidio sangat efektif untuk melakukan komunikasi antara perawat dan pasien
dan memberikan kepuasan pada perawat dan klien dalam melakukan perawatan rumah.
2. Hartford
Kathleen dalam penelitiannya tentang “Telenursing
and patients’ Recovery from Bypass” menemukan bahwa aplikasi teknologi
telekomunikasi dalam memberikan pelayanan keperawatan membuat pasien mampu
untuk belajar bagaimana merawat dirinya sendiri, dan ini juga membantu perawat
untuk melakukan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan secara efektif.
Selain itu juga memperpendek lama perawatan.
3. Bohnenkamp & Blackett meyatakan
bahwa dengan telenursing
pasien menunjukkan kepuasan yang lebih tinggi dan perawat telah meningkatkan
pemahaman tentang masalah yang dialami klien, dan klien merasa lebih nyaman
karena sudah diberi informasi oleh perawat. Klien percaya bahwa telenursing membuat perawatan lebih mudah
diakses; mereka lebih suka memanfaatkan telenursing
daripada menunggu tatap muka pada saat
kunjungan langsung meskipun klien masih percaya bahwa kunjungan dengan tatap
muka langsung adalah yang terbaik.
4.
Penelitian dari Susan Kay Bohnenkamp, RN, MS, CCM dengan judul Traditional Versus Telenursing Outpatient
Management of Patients With Cancer With New Ostomi.
Hasil : Telenursing meningkatkan kepuasan pada
pasien. Pasien percaya bahwa telenursing
membuat perawatan lebih accessible,
dia suka dengan telemedicine dari pada face
to face, tetapi menganggap face to
face adalah yang terbaik.
(http://ons.metapress.com/content/f662854712557057/,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
5. Penelitian
dari Anthony F. Jerant, MD dengan judul A
Randomized Trial of Telenursing to Reduce Hospitalization for Heart Failure:
Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators.
Hasil : Penelitian ini membandingkan 3 perawatan
modalitas untuk menurunkan kekambuhan CHF selama 180 hari follow up. Subyek
menerima kunjungan dasar selama 60 hari dan mendapat satu dari 3 terapi
modalitas : (a) video-based home telecare; (b) telephone calls; and (c)
usual care Kekambuhan pada CHF menurun lebih dari 80%
dengan telenursing dibandingan dengan perawatan biasa. Dari penelitian
ini juga menurunkan kunjungan emergensi pada CHF. Pada perawatan diri kedua
group tidak ada perbedaan secara signifikan tentang kepatuhan, pengobatan,
status kesehatan dan kepuasan. Telenursing dapat menurunkan
hospitalisasi pada CHF dan meningkatkan frekuensi komunikasi dengan pasien.
(http://www.haworthpress.com/store/toc/J027v22n01_TOC.pdf?sid=F92MP1MXXT1X8JN4VFE1BXJ22VPX12U5&,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
6. Penelitian
dari L. Schlachta-Fairchild dengan judul Findings Of The 2004
Nternational Telenursing Survey.
Hasil : Mayoritas perawat yang melakukan tidak
tersertifikasi dalam telemedicine, telenursing,
atau nursing informatics dan percaya
bahwa sertifikasi pada telenursing
adalah penting dan interes untuk dilakukan sertifikasi dan merupakan indikasi telenursing seharusnya merupakan bagian
dasar dari pendidikan keperawatan dan pengalaman klinik (http://www.mrc.co.za/conference/satelemedicine/Castelli.pdf,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
7.
Impact of
tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care (Ameen, Coll, & Peters, 2005). Pada penelitian ini
dikemukakan efektifitas telenursing dibidang manajemen perawatan ulkus kaki,
desain yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan pendekatan pre dan post
intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 19 orang dan
kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa
terdapat perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam
manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadinmanfaat besar bagi
perawat komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan
ulkus kaki. Ini akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya
manusia yang lebih efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.
8.
Tele-education
in emergency care (Binks
& Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Telenursing juga bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan
dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas kesehatanmyang bertugas
didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan darat karena
kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar
informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan.
Disini dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai sarana penambahan
wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat terhadap
petugas kesehatan yang bertugas di
daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat domain
pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan
(relationship), dan 4) sikap (attituds).
9.
Efficacy
of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a
randomised controlled trial study (Jensen,
Kristensen, Christensen, & Borre, 2011). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka dalam insiden kanker prostat
menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan masyarakat.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan,
sehingga waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk
edukasi terhadap pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu
melakukan perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi
telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat mengoptimalkan sumber daya,
rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam periode pasca-operasi.
Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak prospektif dari 95
pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan
adalah TC tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama
rawat inap yang diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari
catatan medis dan kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak ditemukan
perbedaan dalam keberhasilan keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa aman dan
ketidaknyamanan pasca-operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum
terpenuhi saat dirawat di rumah sakit sehingga peberian TC menjadi alternatif pilihan
yang baik. Secara umum, pasien cukup terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi
awal dan mereka menyatakan kepuasan yang tinggi dan rasa aman pada periode
pasca operasi setelah pulang meskipun tanpa TC. Oleh karena itu, TC tidak akan
menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan kesadaran dalam
praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
10. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational
Performance, Part 1 (Rufo,
2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian perawatan
saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan
perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh.
Dengan menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang
berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi
asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima bantuan
untuk manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU
adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi yang mempercepat
pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat
pemberian perawatan kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang diharapkan.
11.
A second
set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Tele-ICU,
eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan dalam perawatan
pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan kesehatan,
dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap belum
terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptic
meskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat.
Namun, dengan perluasan berbagai program dan publikasi hasil klinis dan fiskal,
tele-ICU menjadi lebih diperhatikan dan mengubah wawasan tentang perawatan
klinis.
12.
Home-Based
Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini dikemukakan berupa hasil survey
terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data bahwa secara ekonomis maupun
efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang harus
dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidak perlu
datang ke tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan
berinteraksi melalui Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah dapat
terlayani. Namun masalah yang muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka
tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral maupun implikasi etis dari
penerapan metode ini. Oleh sebab itu sebagai pengguna metode ini hendaknya
petugas kesehatan atau perawat yang mengelolanya harus memilki pemahaman yang
luas tentang keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing yang
digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar